Kekerasan dan Ketegangan Memuncak : Jam Malam di Berlakukan di Wilayah Maharasthra

Kekerasan dan Ketegangan Memuncak : Jam Malam di Berlakukan di Wilayah Maharasthra
Kekerasan dan Ketegangan Memuncak : Jam Malam di Berlakukan di Wilayah Maharasthra /Foto Istimewa - www.lpktrankonmasi.id

lpktrankonmasi.id, Maharashtra - Selasa, (18/03/2025) Jam malam diberlakukan di beberapa wilayah di negara bagian Maharashtra, India barat, setelah kelompok Hindu menuntut pemindahan makam Kaisar Mughal abad ke-17.

Aurangzeb, yang memicu kerusuhan pada Senin malam. Insiden tersebut menyebabkan pembakaran kendaraan dan pelemparan batu di kawasan Mahal, Nagpur. Pihak kepolisian menyatakan bahwa situasi kini terkendali dan mengimbau masyarakat untuk menjaga ketertiban.

Makam Aurangzeb, yang wafat lebih dari 300 tahun lalu, telah menjadi sumber ketegangan politik dalam beberapa tahun terakhir, dengan kelompok Hindu garis keras semakin gencar menuntut pemindahannya. Makam ini terletak sekitar 500 km dari Nagpur, di distrik Chhatrapati Sambhajinagar, yang sebelumnya bernama Aurangabad sesuai dengan nama kaisar tersebut.

Kerusuhan pada Senin malam dipicu oleh aksi dua organisasi Hindu, Vishwa Hindu Parishad dan Bajrang Dal, yang membakar patung Aurangzeb serta meneriakkan tuntutan agar makamnya dipindahkan, menurut pernyataan Kepala Menteri Maharashtra, Devendra Fadnavis, kepada majelis negara bagian. Peristiwa ini memunculkan desas-desus bahwa simbol-simbol keagamaan telah dinodai. Fadnavis mengklaim bahwa kekerasan yang terjadi tampak sebagai “serangan yang telah direncanakan dengan matang”.

Ia menjelaskan bahwa setelah salat Isya, sekitar 250 pria Muslim berkumpul dan meneriakkan slogan-slogan. "Ketika mulai ada ancaman pembakaran kendaraan, polisi menggunakan kekuatan," tambahnya. Lebih dari 50 orang telah ditahan, sementara 33 polisi mengalami luka-luka dalam insiden tersebut, menurut Komisaris Polisi Nagpur, Ravinder Singal, kepada kantor berita ANI. Keamanan di seluruh kota diperketat, sementara toko dan bisnis di pusat kota Nagpur tetap tutup.

Di sisi lain, partai oposisi mengkritik pemerintahan negara bagian yang dipimpin Partai Bharatiya Janata (BJP), dengan menyatakan bahwa "hukum dan ketertiban telah runtuh".

Pemicu utama kerusuhan ini adalah film Bollywood terbaru yang menggambarkan kisah Sambhaji, seorang penguasa Maratha yang kalah dalam konflik dengan Aurangzeb, serta adegan penyiksaannya yang ditampilkan secara grafis. Menurut Fadnavis, film tersebut "membangkitkan kemarahan rakyat terhadap Aurangzeb".

Isu ini telah menjadi perbincangan utama di Maharashtra selama beberapa hari terakhir, dengan politisi nasionalis Hindu semakin vokal mengkritik Aurangzeb dan menyerukan pemindahan makamnya. Gelombang protes juga meningkat setelah Abu Azmi, seorang politisi daerah, menyatakan bahwa Aurangzeb bukan penguasa yang kejam dan telah membangun banyak kuil. Azmi juga mengklaim bahwa selama pemerintahan Aurangzeb, wilayah India membentang hingga Afghanistan dan Myanmar, dengan ekonomi yang menyumbang seperempat dari PDB dunia pada saat itu.

Namun, pernyataannya menuai kontroversi, hingga ia akhirnya mengklarifikasi di pengadilan bahwa ucapannya telah disalahartikan. Meskipun demikian, ia tetap diskors dari majelis negara bagian Maharashtra dan menjadi subjek penyelidikan.

Pada tahun 2022, nama Aurangzeb kembali menjadi perbincangan di media sosial ketika terjadi perselisihan terkait sebuah masjid yang diduga dibangun di atas reruntuhan kuil Vishwanath, sebuah kuil Hindu abad ke-17 yang dihancurkan atas perintah Aurangzeb. Pengadilan kemudian memerintahkan survei untuk memastikan klaim tersebut.

Setelah seorang politisi daerah mempertanyakan keberadaan makam Aurangzeb dan menyerukan penghancurannya, makam itu akhirnya ditutup untuk umum. Perdana Menteri Narendra Modi juga mengomentari kebijakan Aurangzeb dalam sebuah acara di Varanasi pada tahun itu, menyebutnya sebagai penguasa yang menebar teror dan mencoba mengubah peradaban dengan paksaan.

Siapa Aurangzeb?

Aurangzeb adalah kaisar keenam Dinasti Mughal yang memerintah India selama hampir lima dekade, dari 1658 hingga 1707. Ia dikenal sebagai Muslim yang taat dan menjalani kehidupan sederhana, namun juga dianggap keras dalam memperluas kekaisarannya, menerapkan hukum syariah yang ketat, serta mengenakan pajak yang diskriminatif.

Ia dituduh menghancurkan kuil-kuil Hindu, meskipun beberapa sejarawan menyoroti bahwa ia juga membangun beberapa kuil selama pemerintahannya.

Penulis : Hilman D.a

Bagikan

Previous
Next Post »
Give us your opinion

Jangan lupa kebijaksanaan anda dalam berkomentar