lpktrankonmasi.id, Yogyakarta - Kamis, (15/11/2024) Terjadi sebuah peristiwa insiden penusukan dan penganiayaan yang menimpa dua santri Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta di daerah kawasan Prawirotaman, Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta pada beberapa pekan yang lalu yaitu hari Rabu, tanggal (23/10/2024).
Saat mereka selesai makan dan belum sempat membayar (bill) tagihan makanan mereka, suasana tiba-tiba berubah. Tanpa peringatan, sekelompok orang tak dikenal datang mendekati Hafid dan Aufar. Dengan cepat, kelompok tersebut mulai meneriakkan kata-kata sambil menuding mengatakan "ini orangnya" kepada kedua santri itu yang sebagai sasaran mereka. Tidak lama setelah itu, kelompok tersebut langsung menyerang Hafid dan Aufar dengan keras. Para pelaku memukul dan menendang kedua santri, dan beberapa dari mereka menggunakan kursi serta balok kayu sebagai senjata dalam melakukan penganiayaan kepada kedua santri tersebut.
Dalam upaya melindungi diri, Hafid dan Aufar mencoba menahan pukulan dan serangan yang datang bertubi-tubi. Salah satu dari mereka mengalami patah jempol ketika berusaha menahan kursi yang dilemparkan ke arah mereka. Di tengah kekacauan, salah satu santri sempat melihat adanya pisau dan ingin mencoba menyingkirkan pisau tersebut. Namun, tanpa sadar, ia terluka akibat tusukan di tubuhnya. Luka tusukan itu baru disadari kemudian, karena saat serangan berlangsung, ia lebih fokus melindungi diri dari pukulan dan tendangan yang datang dari berbagai arah.
Korban penusukan dalam insiden ini adalah Hafid, salah satu dari dua santri Pondok Pesantren Al Munawwir yang diserang oleh kelompok tidak dikenal. Hafid mengalami luka tusuk yang baru ia sadari setelah dirinya melihat pisau pada bagian tubuhnya yang bersamaan dengan kejadian penganiayaan, sementara yang satunya yaitu bernama Aufar, mengalami patah jempol saat mencoba menahan serangan dengan kursi dan balok yang dilakukan oleh orang-orang tersebut.
Para pelaku yang menyerang kedua santri tersebut merupakan kelompok yang tidak dikenal Hafid dan Aufar sebagai korban dari tindakan tersebut, diduga menyerang dalam keadaan terpengaruh minuman keras, mengingat tingkah laku mereka yang tidak terkendali dan agresif. Selain itu, keduanya sama sekali tidak memiliki riwayat konflik atau permasalahan dengan orang lain di kawasan tersebut, sehingga motif penyerangan menjadi tidak jelas.
Pak Anik Fahmi kemudian melanjutkan cerita dari setelah kejadian penyerangan tersebut,
mengatakan "Setelah penyerangan, beberapa warga sekitar yang melihat kejadian tersebut tidak berani turun tangan karena takut terlibat atau salah paham dengan situasi yang sedang terjadi. Hanya beberapa orang yang memperhatikan insiden dari kejauhan, mengingat ketidakpastian alasan serangan tersebut. Hafid dan Aufar akhirnya mendapat pertolongan medis setelah kejadian, sementara keluarga korban dan pihak pesantren meminta pihak berwenang untuk mengusut kasus ini sampai tuntas.
Begitulah kurang lebih kronologis dari kejadian penyerangan dan juga penganiayaan yang terjadi kepada kedua santri tersebut di daerah sekitar perempatan Prawirotaman, Kota Yogyakarta.