Maluku - Trankonmasi.com
Salah satu pasien asal Puskesmas Adodomolo, Kecamatan Molu Maru, Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) dilaporkan meninggal dunia akibat menolak rujukan pelayanan kesehatan dari pihak Puskesmas.
Karena terjadi kevakuman dokter THC guna melayani masyarakat sehingga menyebabkan pasien harus dirujuk agar mendapat pelayanan dan pertolongan sekalipun dalam keadaan kritis dan mendesak.
Dilansir dari jurnalpolisi.id sebagaimana yang diunggah pada salah satu akun media sosial (medsos) faceboock belum lama ini, sangat mengecam keras pihak tenaga medis Puskesmas Adodomolo.
Pasalnya, pada unggahannya itu pengguna sangat menyayangkan pelayanan kesehatan yang dilakukan petugas untuk cepat memberikan pertolongan pada salah seorang pasien yang sedang dalam kondisi gawat darurat.
Lantaran, oknum pasien tersebut telah meninggal dunia setelah dianjurkan untuk berobat ke pusat rujukan pada Puskesmas Larat dan Rumah Sakit Magrety - Saumlaki
Namun pihak keluarga mengecam bahwa petugas kesehatan pada Puskesmas Adodomolo diduga sengaja membiarkan kondisi pasien makin memburuk hingga berujung kematian.
Lantas, postingan (unggahan) tersebut dibantah langsung oleh Kepala Puskesmas Adodomolo bahwa informasi yang disebarluaskan di media sosial tersebut tidaklah benar alias hoax.
"Jadi begini, informasi itu kan tadi saya ada telfon yang bersangkutan yang buat postingan di faceboock itu. Maksudnya, kita kan sudah buat pelayanan, kita manusia ini kan hidup untuk mati. Kalau manusia tidak hidup untuk mati untuk apa kita hidup" terang Kepala Puskesmas Adodomolo Yakobus Labobar saat dikonfirmasi jurnalpoisi.id melalui sambungan telefon Selasa, (24/5/2022) malam.
Dijelaskan, babwasannya para petugas telah berupaya memberikan pelayanan yang optimal guna menanggulangi berbagai keluhan warga yang datang berobat. Namun anjuran yang diberikan petugas medis tidak dihiraukan pihak keluarga pasien.
"Jadi, kita sudah buat pelayanan semaksimal mungkin tapi memang jalannya yang bersangkutan sudah meninggal. Maksudunya kita harus berbuat apa? Kita kan sudah anjurkan untuk kasih rujukan, tapi mereka disini susah." sesalnya.
"Dong waktu berhadapan bicara lain, dibelakang katong bicara lain. Anjuran kita, harus rujukan tapi begitu." tambahnya.
Kendala BBM dan Transportasi
Lanjut Kapus, persoalan pelayanan kesehatan pada Puskesmas Adodomolo jauh lebih efesien karna setelah pasien masuk melapor langsung mendapatkan pelayanan yang maksimal. Namun, kendala yang dihadapi pihaknya saat ini adalah masalah transportasi.
"Sebenarnya begini, kita kan jauh transportnya. Kendalanya kita punya transportasi ini kan tergantung. Puslingnya memang ada, cuman yang kendalanya itu ada di BBM." pungkasnya.
Diakui, harga BBM dijual perliter pada Desa Adodomolo mencapai Rp.20.000. Sementara pasokan ketersedian untuk kendaraan beroperasi ke Pusat Rujukan (Larat) mencapai 1 drum diluar lain-lain. "Itu masalahnya, jadi operasional ini yang buat kita sehingga terhambat." paparnya.
Sementara itu, keluhan lain yang disampaikan Kapus adalah masalah kevakuman tenaga dokter. Bawasannya, dokter THC yang melayani masyarakat belum juga ditempatkan pada Puskesmas tersebut. Padahal, pihaknya telah mengusulkan ke Pemerintah Daerah untuk menghadirkan seorang dokter yang telah dikontrak atau PLH guna memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat. (JCS)