Perempuan berparas cantik Nabila Maulina Pratamastiwi Wakil 3 Cebbing Kab. Sampang 2015 (Foto: Istimewa)
Di atas dunia ini
terdapat cahaya cinta, dan memberikan harapan yang pasti terhadap manusia yang
harus kita jaga tanpa ada tetesan mendiskriminasi atau melukai. Karna di dalam
cahaya cinta itu ada perempuan yang berdiri dengan penuh harapan yang besar
tanpa ada nilai tangisan yang dalam. Suatu harapan dan hujan kasih lembet
mereka yang di harapkan terhadap waktu yang terus berjalan, Senin (21/06/2021)
Di situlah kisah dan
harapan perempuan menjadi pasti dan bermakna di dalam dunia kontemporer ini,
yaitu dunia yang baru tanpa kezoliman untuk dirinya. Karna wanita di ciptakan
atas dasar ruh yang harus di lindungi bukan di hianati ataupun di lukai dalam nikmat
semata. Karna agama islam juga sendiri mengajarkan kita untuk menganal
perempuan atas dasar cinta dan kasih sayang yang saling melengkapi tanpa
melukai.
Pada dasarnya perempuan
itu mulia di mata lelaki, bahkan dalam historis sejarah hadirnya perempuan itu
untuk lelaki, begitupun juga lelaki. Pada abad pertama hadirnya manusia, yaitu
“Nabi Adam A.s dan siti Hawa”. Kedua itu saling melangkapi atas sesama manusia
yang saling membutuhkan sesama mahluk tuhan yang harus saling memberikan waktu
dan harapan. Tidak ada suatu perbedaan antara perempuan dan lelaki.
Dan juga dalam sudut
pandang sejarah, perempuan dan lelaki, itu ada dua sudut pandang yang saling
mempunyai tujuan untuk melengkapi. Pertama: lelaki hadir atas dasar kerinduan
yang berkepanjangan atas teman hidupnya. Kedua: perempuan hadir atas dasar ruh
seorang lelaki dalam kerinduannya dan perempuan adalah orang pertama yang
memberikan kehangatan terhadap seorang lelaki dalam kesepiannya.
Maka dari situlah
perempuan adalah suatu niscahya terhadap seorang lelaki dalam menjalani
kehidupannya, begitupun sebaliknya. Kalau lelaki tidak ada, perempuan maka
lelaki tak pernah mendapatkan suatu kebahagiaan indah di dunia ini, begitupun
sebaliknya perempuan. Mereka saling melengkapi tanpa ada dusta yang harus di
ciptakan dalam dunia yang baru.
Tak ada nilai perbedaan
perempuan dan lelaki, karna perempuan dan lelaki itu saling membutuhkan dan
saling merindukan. Bahkan kalau kita liat kedudukan perempuan selalu tampil
dalam pengobat rindu terhadap lelaki. Perempuan tak pernah memberikan ruang
kosong terhadap lalaki. Mereka hadir atas nama kesetiaan dalam teman hidup
terhadap lelaki, dan terus menjadi waktu untuk lelaki, begitupun sebaliknya.
Karna Perempuan selalu
memberikan suatu hiasan yang indah terhadap lelaki. Perempuan juga selalu
memberikan arahan yang baik untuk lelaki begitupun sebaliknya lelaki. Bagiku
dalam analisisku dan pengetahuanku perempuan dan lalaki itu sama, punya
kelebihan dan punya kekurangan. Akan tetapi yang mengisi kekurangan itu adalah perempuan
dan lelaki itu sendiri atas dasar manusia yang sama saling melengkapi.
Seiringnya waktu dan
seiringnya ke adaan sosial, perempuan sering memberikan kenyamanan dan ke
indahan yang baru terhadap lelaki, tapi ke indahan itu sering di remehkan oleh
lelaki atas dasar nama seorang lelaki yang katanya lebih tau arti nilai hidup
ini. Seolah arti hidup di mata lelaki yang tak merngerti akan nikmat dan tujuan
kebutuhan yang sama. Menganggap hidup ini di takdirkan terhadap suatu kisah
untuk lelaki, walau pada dasarnya di ciptakan agar saling melengkapi dalam
kehidupan.
Tapi kita sebagai
lelaki kita harus tau dan harus peka, tanpa seorang perempuan lelaki akan
merasa hampa dan merasa tak punya ruh yang bahagia dalam kehidupan di dunia,
begitupun sebaliknya. Karna pada dasarnya perempuan hadir itu atas dasar
ciptakan tuhan yang sama atas hadirnya lelaki. Maka kita sebagai manusia tak
harus saling mendiskriminasi perempuan dan begitupun sebaliknya kita sebagai
perempuan tak harus mengdiskriminasi lelaki atas nama seorang perempuan,
perempuan dan lelaki sama taka da nilai dongeng yang agung terhadap perempuan
dan lelaki “semua sama saling membutuhkan satu dengan yang lainnya”. Karna
sejatinya perempuan dan lelaki itu mempunyai nafas yang sama dan kasih sayang
yang sama hingga suatu benih cinta yang sama.
Penulis: Hoirur Rosikin