Lima Nilai Karakter Utama Menjadi Prioritas Pengembangan Gerakan PPK

Dari kiri: Guru Besar Antropologi Undip,Mudjahir Thohir,KaKesbangpol jateng,Haerudin, Komisi A DPDR Jateng, ST. Sukirno.
 Semarang,LPK Trankonmasi.com

 

Sungguh disayangkan, sejumlah aksi berujung kerusakan fasilitas umum maupun pribadi terjadi di berbagai kota di tanah air. Tuntutan rakyat terhadap kebijakan pemerintah semestinya dapat dicarikan jalan tengah yang baik dan tidak memicu ketegangan. Hal ini semestinya dapat difilter dengan karakter bangsa yang berazaskan Pancasila sebagai perekat kesatuan dan persatuan.

 

Demikian pula hingar-bingar di  tengah masyarakat yang mengarah pada kekuasan dan penguasaan di negeri ini semestinya juga bisa dijembatani dengan karakter bangsa yang kuat. Perlu diingat kembali bahwa dalam pendidikan karakter terdapat lima nilai karakter utama yang menjadi prioritas pengembangan gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yakni religius, nasionalisme, integritas, kemandirian dan kegotongroyongan.

 

Masing-masing nilai saling berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Hal inilah yang harus senantiasa bersemi di relung hati setiap anak bangsa agar terwujud sikap hidup rukun, percaya diri, rela berkorban, aktif dalam kegiatan sosial, tangguh, kreatif serta saling tolong-menolong antar sesama. Pada akhirnya, masing-masing orang harus memiliki sikap yang bijak dan bertanggung jawab.

 

Anggota Komisi A DPRD Prov.Jateng, Drs. S.T. Sukirno,M.S.,mengatakan," Kami mencoba melakukan segala sesuatu bukan didasari oleh sifat kejiwaan yang dalam hal ini nantinya berujung pada perilaku yang mementingkan kepentingan bangsa. Ada ciri khas karakter bangsa.

 

" Tugas bangsa indonesia  jika pembangunan karakter bangsa tidak berhasil maka orang orang indonesia akan menjadi kuli di negeri sendiri," terangnya. saat menjadi nara sumber dalam.prime topic Dialog bersama Parlemen Jawa Tengah  dengan tema " Memperkuat Karakteter Bangsa " yang disiarkan langsung MNC Trijaya FM diruang Petra Ballroom Hotel Noormans,jalan Teukun Umar no 27 Kota Semarang, Rabu(14/10/2020).

 

Sementara itu Kepala Kesbangpol Prov.Jateng, Haerudin,SH.MH,menjelaskan," Terkait  pendidikan karakter,kita susah memastikan karakter anak bangsa ini, karena karakter anak bangsa sangat dipengaruhi oleh lingkungan apakah itu lingkungan pendifikan,lingkungan kerja, lingkungan pergaulan atau bahkan lingkungan rumah tangga," ucapnya.

 

" Pembinaan karakter sangat tergantung juga anak bangsa ini bergaul dengan siapa, belajar melalui apa. Kalau belajarnya melalui pendidikan pendidikan yang diselenggarakan negara saya tidak akan meragukannya," terang Haerudin.

 

Menurutnya pemerintah sudah berupaya bahwa karakter yang terbangun adalah karaktet pancasila. Karakter anak bangsa sekarang ini terbangun karena informasi yang begitu kuat masuknya tanpa ada filter

dan kurangnya pendidikan pancasila.

 

Terkait karakter kebangsaan lanjutnya, karakter anak muda sekarang ini sudah mulai luntur, mereka lebih memilih menggunakan karakter karakter dari luar yang mungkin tidak cocok dengan budaya kita

," paparnya.

 

Kepala Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah, Haerudin,SH.MH.

Pada kesempatan sama Guru Besar Anthropologi Undip Semarang, Prof.Dr. Mudjahirin Thohir mengungkapkan bahwa, watak dasar yang dianggap cocok bagi sebuah kebangsaan seperti apa ? dari sinilah  muncul dua istilah yaitu karakter ideal dan karakter aktual,sedangkan

katakter bangsa ada 3 level atau dimensi waktu yaitu karakter masa lalu, karakter sekarang dan karakter masa yang akan datang," ungkapnya.

 

Pemerhati sosial, Pujo Rahayu Risan (pegang mic)

" Yang dulu misalnya patriotisme menjadi pijakan pertama, yang sekarang itu dinamis, selalu berkembang tergantung bagaimana formulasi ideal yang dicita citakan bangsa ini. Lalu ada konsep konsep yang heterogen selalu ada warna warni, oleh karena itu ada dua istilah juga yaitu intrinsik dan instrumental," tutup Mudjahir.

 

  # Taufiq W. 

Share this

Previous
Next Post »
Give us your opinion

Jangan lupa kebijaksanaan anda dalam berkomentar