Pernyataan Wakapolri
soal pemberdayaan jeger di pasar agar pedagang dan pengunjung pasar taat patuh
kepada Protokol Kesehatan Covid-19, harus dipahami Bahwa dalam setiap komunitas
selalu ada tokoh-tokoh yang dipandang dan menjadi panutan.
Menjadikan tokoh yang
dipandang dalam komunitas menjadikan perintah menjadi lebih efektif. Bahkan,
seringkali tanpa harus memberikan ancaman atau sanksi jika tokoh terpandang
dikomunitasnya melakukan suatu tindakan, akan langsung dicontoh oleh anggota
komunitas.
Dalam sosiologi, ini
dapat terjadi karena ada relasi patron and client, relasi saling tergantung.
Atau dalam pendekatan lain, karena rasa in group dan out group, kalau tidak
mengikuti tokoh seperti bukan dari bagian group.
Jadi pernyataan
Wakapolri dipahami sebagai ajakan agar semua elemen bisa patuh pada protokol
kesehatan, kalau tidak patuh maka minta bantuan kepada tokoh setempat atau
tokoh komunitas. Kalau di pasar ada jeger, di komunitas lain ada tokoh Yang
lain. Jadi bukan preman, tetapi Siapa saja Yang berpengaruh di
lingkungkungannya agar anjuran ajakan mematuhi protokol Covid-19 menjadi lebih
efektif.
Ya, jadi bukan soal
preman tetapi kepada seluruh tokoh komunitas apa saja, ayo kita patuhi protokol
kesehatan, karena ancaman Covid-19 itu nyata.
Penulis : Dr. Azmi Syahputra, SH, MH
Pakar
Hukum Pidana ( Dosen Sosiologi Hukum dan Kriminologi )