Dari kiri Dosen UKSW Salatiga,Eko Suseno, Kadisporapar
Jateng,Sinoeng Rahmadi, Sekretaris Komisi B DPRD Jateng, M.Ngairin Richardl, Host Prast, poto:
Taufiq
Semarang, LPK Trankonmasi.Com.
Paradigma pariwisata, saat ini telah bergeser seiring
perkembangan zaman dalam tempo yang relatif lama mulai dari “quantity
tourism” kemudian bergeser menjadi
“alternative tourism” di tahun 1980,
lalu paradigma beralih ke “quality tourism” pada tahun 2010 di fokus
pendekatannya lebih kepada partisipatif ketimbang profit.
Memasuki tahun 2020 muncul paradigma pariwisata baru yang
lahir akibat pandemi COVID-19 yakni paradigma “Next Normal Tourism”, yang
terdiri atas keselamatan sebagai andalan
utama, kemudian surprising dalam pengembangannya dan peningkatan kesadaran
diri.
Memang, pariwisata merupakan sektor pertama dan paling
terdampak atas pandemi COVID-19.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisman pada
Maret 2020 turun sebesar 45,50 persen dibandingkan bulan Februari 2020.
Dibandingkan pada Maret 2019, jumlah kunjungan wisman pada Maret 2020 mengalami
penurunan sebesar 64,11 persen.
Sejumlah pengamat pariwisata beranggapan, pandemi COVID-19
telah mempercepat perubahan paradigma pariwisata secara global. Mereka juga
melihat bahwa pandemi COVID-19 juga telah mengubah perilaku wisatawan baik
domestik maupun mancanegara secara signifikan.
Sebelumnya perilaku wisatawan dalam berwisata adalah mencari
ketenangan atau serenity, namun sekarang wisatawan tidak lagi cenderung mencari
ketenangan melainkan keselamatan atau safety sebagai fokus utama ketika hendak
berwisata.
Menparekraf, Wishnutama Kusubandio sendiri menyatakan,
protokol kesehatan hingga keamanan nantinya menjadi perhatian wisatawan. Ia
juga optimis, sektor parwisata Indonesia dapat lebih cepat pulih dari
diprediksi sebelumnya. Beberapa studi menunjukkan bahwa sektor pariwisata
membutuhkan sekitar 5 tahun untuk kembali ke keadaan normal pascapandemi
COVID-19.
Bila benar demikian,. Tentu di Jawa Tengah juga harus menyelaraskan
untuk sektor pariwisata dengan paradigma yang baru. Hal ini tentu tidak hanya
menyentuh objek wisata saja, namun juga kegiatan ekonomi di sekitar objek
wisata.
Sekretaris Komisi B DPRD Jateng,M.Ngainir Richadl mengatakan
ada kurang lebih 690 destinasi wisata di jawa tengah ysng sebelum covid-19
semua dalam kondisi on the right, pengunjungnya banyak ,sarana prasarananya
cukup lumayan bagus.
Karena adanya covid19
yang merambah disektor wisata ini menjadikan kaget sekali pelaku wisata ini
karena terdampak baik pedagangnya, bus wisata
tour n travel, pihak hotel dan lainnya ," ucapnya.
" Tetapi dengan mulainya dibuka tempat wisata di jateng
sekitar 200 san tempat, maka bagaimana kedepannya tidak hanya kita bicara soal
pariwisata tidak hanya kita bicara terkait menghibur diri baik keluarga maupun
masyarakat tetapi bicara wisata diera pandemi juga harus bicara soal edukasi
artinya dimana anak anak selama pandemi belajar daring saja ketika kita mau
wisata dimana edukasi harus ada,"
ujar Richadl.
Lanjut Richadl," Kami contohkan bagaimana sekolah yang
dulu diterapkan itu sekarang mulai kita contoh juga.Ini yang harus kita lakukan
diera ini.
" Kami berharap Dinas Pariwisata bisa membuka paket
wisata dalam sehari, terutama yang ada unsur edukasinya," terang Richadl.
" Saya belum pernah melihat pola mengembangkan wisata
antar provinsi terutama didaerah perbatasan. Ini bisa menjadi salah satu
alternatif bagaimana paradigma wisata hanya bersifat kesenangan kreatif, tetapi
bagaimana kemudian pendidikan itu bisa menjadi salah satu upaya untuk berwisata
tetapi juga mencerdaskan anak," pungkasnya.
saat menjadi narasumber pada acara Dialog bersama Parlemen jawa
tengah di prime topic dengan tema " Mengembangkan Paradigma Pariwisata
" yang disiarkan langsung MNC Trijaya FM bertempat di Gravity Indoor
Trampolin Park, Rabit Resto, Jl Dr Cipto 226, Semarang, Kamis (17/9/2020).
Sementara itu Kepala Disporapar Prov. Jateng, Sinoeng Rahmadi
mengatakan bahwa saya mengikuti
jurnal pemberitaan media sama dengan
para pakar tetapi dengan asumsi sampai dengan hari ini catatan statistiknya destinasi
wisata saat ini terjun
Menurutnya dari 1083 hotel tutup sekitar 115 hotel. tetapi
hari ini hotel sudah buka meskipun bukanya 35-40 persen, yang dirumahkan hampir
60 persen sehingga betul betul dampak sektor kepariwisataan terhadap pandemi
covid 19 luar biasa," ujar Sinoeng.
Lanjut dia dalam perkembangannya muncul apa yang disebut
paradigma new normal, bagaimana semua pihak menciptakan orkestra untuk ambil
peran.
Dalam perkembangan akhir akhir ini yang menjadi keprihatinan,
jawa tengah menjadi salah satu provinsi kontributor tingkat pandemi skala
nasional.
Di jawa tengah ada sembilan kabupaten yang perlu
diwaspadai.Ternyata ada variabel yangvsukit dikontrol yaitu perilaku
masyarakat. Bagaimana kita bisa mengukur perubahan tingjah laku new normal ini
dengan new life style dengan normal baru new nourm sehingga kalau ada aktifitas
dimasa pandemi ini orang menjadi sadar diri," terang Sinoeng.
Pada Kesempatan sama Dosen FEB UKSW Salatiga, Eko Suseno HRM
memaparkan bahwa neraca satelit daerah berbicara tentang sejauh mana uang yang
beredar.disitu kita bisa memilah lima jenis wisatawan diantaranya orang jawa
tengah yang pergi ke jawa tengah, orang jawa tengah yang pergi keluar tapi
masih di Indonesia, orang jawa tengah yang pergi ke luar negeri atau wisatawan
mancanegara yang datang ke jawa tengah," paparnya.
Menurutnya problem terbesarnya adalah wisatawan mancanegara
yang datang ke jawa tengah, karena betul betul TKO nol persen alias tidak ada
kunjungan sama sekali. Yang lebih menarik lagi kita tidak akan pernah
kehilangan momentum karena apa? karena pandemi saat ini ada yang disimpan
masyarakat dan sangat ditunggu tunggu untuk dilakukan yaitu piknik itu
saja," ungkap Eko.
Lebih lanjut ia menambahkan," Dan itu terbukti salah
satunya rame ramenya saat ada satu gunung yang dikunjungi ribuan orang,"
pungkasnya.
# Taufiq W.