Semarang,LPak.Trankonmasi.com
Guna menanamkan
jiwa nasionalisme dan patriotisme
SMA Negeti 4
Semarang tahun ini tetap melaksanakan upacara bendera dalam rangka memperingati
HUT Kemerdekaan RI yang ke-75 tahun 2020 meskipun di tengah pandemi Covid-19.
Namun upacara
bendera peringatan HUT Kemerdekaan RI tahun ini sangat berbeda dengan tahun
sebelumnya.
Tahun ini SMA
Negeri 4 Semarang menyelenggarakan
upacara bendera dilaksanakan dengan acara sederhana,dengan jumlah peserta terbatas, dan penerapan protokol
kesehatan yang ketat.
Ada yang berbeda pelaksanaannya di masa
pandemi Covid-19 yaitu dilaka
sanakan secara
langsung dilapangan dan juga melalui siaran instagram maupun microsoft ofgice
365/ teams yang diuji cobakan pada senin 17 agustus 2020 bertempat dilapangan
sepak bola SMA Negeri 4 Semarang jalan karangrejo 12A,srondol wetan,kec. banyumanik.Kota semarang
Bertindak sebagai Pembina Upacara,Kepala SMA
Negeri 4 Semarang,Dra.Wiji Eny Ngudi Rahayu,M.Pd. Dalam membacakan sambutan
pidato Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo,
Eny menuturkan diperayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ini saya akan berbagi kisah yang mudah mudahan
bisa menginspirasi kita semua.
Bapak - Ibu
belum lama ini saya berkunjung kedusun girpasang, kemalang kabupaten Klaten .
Ini dusun terpencil yang terletak dilereng merapi.
Untu mencapai
dusun ini saya mesti berjalan kaki naik turun bukit menapaki seribu lebih anak
tangga. Ngos ngosan dan sangat melelahkan
tapi rasa capek saya waktu seolah hilang
itu ketika begitu bertemu mbah Padmo Darsono diusia 70 tahun ia begitu
semangat mengajak saya untuk masuk ke rumahnya yang amat sangat sederhana
karena dindingnya sebagian besar masih pakai bambu alias gedheg.
Kemudian kami ngobrol didapur yang suasananya
persis seperti rumah orang tua saya ditawangmangu dulu. Ada tungku dari tanah
liat, tumpukan kayu perkakas masak yang menghitam dan ada jagung yang
digantung.
Waktu ngobrol
didapur itulah mbah Padmo nuturi saya urip kui sanajan abot tetep kudu
dilakoni, ojo sambat lan ojo ngeluh, ojo mandheg sanajan dengkul wes ndredheg.
Nasehat itu
menurut Mbah Padmo yang selalu disampaikan kepada warga girpasang agar tak
mengeluh dan selalu bersyukur tinggal dilereng gunung.
diusia negara
kita yang ke 75 tahun ini,spirit yang mengubah itulah yang mesti ada disetiap
dada kita. Seberat apapun kehidupan yang kita hadapi termasuk kondisi disetiap
pandemi,sebagaimana yang kita rasakan sekarang.
Dari keteguhan,
tekad dan spirit hidup inilah saatnya kita menengok sembari untuk menakar
seberapa besar kadar cinta terhadap negeri.
Kadar cinta
tidak ditentukan seberapa penting posisi kita atau seberapa tenar nama
kita.Kadar cinta itu diukur layaknya yang diajarkan Mbah Padmo pada orang orang Girpasang untuk
menjalani kehidupannya.
Agar semua
menjalankan tugasnya dengan ikhlas dan tatag. Kondisi ini tentunya juga bisa
kita simak lewat heroisme perjuangan para pendahulu kita baik sebelum atau
sesudah kemerdekaan.
Saat itu
persenjataan kita sangat sederhana dan terbatas namun kita mempunyai satu
senjata pamungkas yakni tekad bulat terbebas dari penjajahan serta tekad bulat
mempertahankan Kemerdekaan
Maka ketika
pecah pertempuran disurabaya, semarang,ambarawa, bandung jakarta medan bahkan
di manado semangat rakyat sama sekali tidak luntur meski ribuan saudara saudara
kita telah gugur dari hantaman peluru dimedan tempur, tapi rakyat pantang
mundur. Dan akhirnya kita mampu meraih kemerdakaan sekaligus mempertahankannya.
Bapak - Ibu,
spirit itulah yang harus kita jaga untuk menghadapi tantangan kedepan. sekali
lagi saya mengutip ungkapan Mbah Padmo Urip kui sanajan abot tetep kudu lakoni.
Ojo sambat lsn ojo ngeluh, ojo mandeg sanajan dengkul wis ndredeg.
Dirgahayu Republik
Indonesia.
Usia pembacaan
pidato dilanjutkan dengan doa penutup yang di bacakan oleh Ustad Salik
Sabilallah,S.PdI.
# Taufiq W