Gubernur
Jateng,Ganjar Pranowo,sedang berbincang bincang dengan Dirops PT.KIW, Ahmad
Fauzie Nur.
Semarang,LPK.Trankonmasi.com
Kawasan Industri
Wijayakusuma (KIW) dukung rencana dan program pemerintah untuk meningkatkan
investasi di Indonesia dengan adanya Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB).
Demikian penjelasan Ahmad Fauzie Nur, Direktur Operasional PT KIW kepada para
awak media di Semarang
Hal ini berkaitan
dengan rencana pemerintah seperti yang disampaikan Menteri BUMN, Erick Thohir,
(16/08/2020) bahwa Kawasan Industri baik di Batang maupun Subang-Majalengka
untuk fokus dan konsentrasi dalam dua hal.
Dimana dengan adanya
pengembangan dua kawasan industri tersebut, pemerintah akan memprioritaskan
pemindahan investasi dari luar negeri dengan dua tujuan, yaitu industri high
technology dan memperbaiki rantai pasok (supply chain).
Fauizie menambahkan
bahwa didesain fungsi kawasan industri
Batang dan Subang diprioritaskan untuk mengantisipasi dan responsif pemindahan
investasi dari luar negeri diutamakan untuk high technology dan memperbaiki
supply chain. “Maka, KIW sebagai anggota konsorsium bersama PT PP, PTPN 9 dan
Pemerintah Kabupaten Batang, siap dukung rencana tersebut”, ujar Fauzie.
Pertimbangan ini sangat
tepat dimana pandemi Covid-19 telah mengajarkan bahwa Indonesia memiliki dua
kekuatan besar, yaitu market dan sumber daya alam. Namun, di sisi lain yaitu
logistik dan inovasi juga harus diperkuat karena sekaligus terhubung dengan
supply chain dan ke depan harus mengurangi impor.
Apalagi Indonesia harus
merebut pasar salah satunya berani bersaing dengan Vietnam untuk menarik para
investor Strateginya, harus mampu
menekan biaya logistik yang diperlukan investor dimana relatif tinggi dibanding
dengan Vietnam. Sebagai gambaran, Vietnam disebutnya memiliki banyak perjanjian
dagang.
Saat ini Vitenam
mengantongi 15 perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) sehingga
biaya ekspornya lebih efisien dan penetrasi pasarnya pun terbilang mudah
dibanding Indonesia.
Disamping itu, biaya logistik yang diperlukan investor
relatif cukup tinggi. Rantai pasok (supply chain) manufaktur di dalam negeri
terbatas sehingga investor yang berkecimpung di industri manufaktur harus
impor. Belum lagi terdapat pembatasan impor bahan baku. Ditambah lagi rumitnya
perizinan dan registrasi produk masih menjadi kendala yang cukup menghambat.
Sementara itu,
negara-negara tetangga ternyata menawarkan waktu dua bulan untuk mengurus
perpindahan izin. Hal-hal seperti inilah yang perlu dipangkas dengan harapan
investor lebih tertarik.
Fokus kawasan industri pada high-tech industry dan
memperbaiki supply chain sangat sejalan dengan cita-cita untuk membangun sebuah
kawasan industri yang memiliki nilai tambah tinggi (high value added).
Pertumbuhan kawasan industri ke depan harus dapat memfasilitasi industri
manufaktur di Indonesia agar mampu menghasilkan produk barang yang berkualitas
dan memenuhi standar internasional sekaligus mampu bersaing di pasar global.
“KIT Batang mengusung
tema The Smart and Sustainable Industrial Estate siap melaksanakan dua fokus
yang diarahkan oleh pemerintah high-tech industry dan supply chain”, ujar Ahmad
Fauzie Nur.
# Taufiq/pujo.