Semarang,Lpk.Trankonmasi.com
Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) diyakini telah memberikan sumbangan yang besar terhadap
perekonomian daerah sekaligus menjadi penopang ekonomi di tengah masa pandemi
covid-19 saat ini. Dalam berbagai kondisi, UMKM terbukti mampu menjadi penolong
karena merupakan struktur ekonomi terkuat dalam menghadapi kondisi ekonomi yang
krisis serta rawan.
Di sini terlihat bahwa
daya tahan UMKM berbeda dengan perusahaan besar yang sangat terpengaruh kondisi
global. Ekonomi daerah Jawa Tengah pun mendapatkan dukungan yang cukup besar
dari UMKM, bahkan di era pandemi covid-19 sekarang ini. Berdasarkan data Dinas
Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, sektor UMKM berkontribusi 5,23% pada
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah.
Oleh karenanya,
pemerintah berkewajiban untuk membentengi ekonomi di tengah Covid-19, dengan
cara melindungi dan menopang daya tahan UMKM serta
menjalankan berbagai
program penguatan bisnis UMKM. Pemerintahpun bisa bekerjasama dengan perusahaan
swasta agar bersama-sama memperkuat ketahanan ekonomi, sehingga menjadikan Jawa
Tengah sebagai wilayah yang berkekuatan ekonomi ketika pandemi berlalu
nantinya.
Wakil ketua Komisi B
DPRD Jateng, Sri Marnyuni menjelaskan terkait dampak Covid19 juga kondisi usaha
mikro kecil menengah terkait pantauan
diskusi diskusi DPRD jateng dengan eksekutif memang wabah corona ini
berbeda dengan krisis moneter di tahun 1998 lalu," jelasnya.
" Kalau krisis
moneter 1998 UMKM.justru malah menjadi tulang punggung perekonomian,tetapi
kustru dengan adanya covid19 ini maka sebaliknya dengan adanya covid kebalikan
dengan kehidupan normal, karena civid19 ini makin terasa menakutkan dalam
kehidupan. lebih terasa kalau dilihat dari perekonomian terutama dari sisi
konsumsi,corporasi,sektor keuangan,usaha rakyat, mikro kecil kayaknya memang
sangat parah," ucap Marnyuni.
Menurutnya kalau dibaca
dari kajian keuangan, covid19 ternyata menimbulkan ancaman kehidupan yang luar
biasa. apa yang terjadi? kehilangan pendapatan rumah tangga, untuk.corporasi
perkembangan perekonomian dari Covid 19 ini akan membuat rentan dari banyak
sektor diantaranya sekitar manifaktur, sektor perdagangan, transportasi maupun
akomodasi. apalagi untuk restoran dan perhotelan sangat rentan, boleh dikata
covid19 ini akan menjungkir balikan kehidupan normal menjadi sangat tidak
normal," ujar marnyuni.
Dia menambahkan perlu
adanya dorongan bagaimana selama ini dengan adanya covid19 UMKM sangat turun
drastis pendapatannya. Maka UMKM menjadi sektor yang paling kritis dari segi
ekonomi. Oleh karena itu perlu adanya kebijakan dari pemerintah bagaimana
supaya masyarakat UMKM bisa bangkit
" Maka dari itu
kami mendorong pada para OPD, Dinas Koperasi dan UMKM mendorong bagaimana
supaya upaya upaya ekonomi bisa bangkit masyarakat bisa memperoleh penghasilan
dan memiliki daya tahan kehidupan yang lebih kuat," pungkasnya, saat
menjadi narasumber salam dialog bersama parlemen jawa tengah dengan tema "
Menopang Daya Tahan UMKM " yang disiarkan langsung MNC Trijaya FM di Petra
Ballroom Noormans Hotel jalan Teuku Umar no 27, Jatingaleh,Karangrejo,
Kec.Gajahmungkur Kota Semarang, Rabu (22/7/2020)
Pada kesempatan sama
Kepala Dinas Kopersi dan UMKM Jateng Ema
Rachmawati mengatakan berdasarkan data tentang dampak covid19 dari data BPS
tahun 2016 kita memiliki 4.174.219 unit UMKM, yang terdiri dari 354.884 usaha
kecil dan yang paling besar adalah usaha mikro besar sebanyak 3.776.843 unit
usaha mikro,usaha mikro kecil dan besar rata raya memiliki1,5 tenaga kerja,
kalau ada 4 juta usaha mikro dan kecil berarti ada sekitar 10 juta tenaga kerja
yang bekerja di usaha mikro dan kecil," ucapnya
Menurutnya sejak bulan
maret 2020 dinyatakan bencana covid 19 oleh BNPB. " Kami membuka aplikasi untuk melakukan monitoring
terhadap terhadap UMKM yang terdampak covid19. Kita sudah mendaftar sekitar
26.568 UKM yang menyatakan dirinya terdampak covid19.
" Yang terbesar
makanan dan minuman sebesar 72,17 persen
yang kedua fashion 7,87 persen, handycraft yang berhubungan dengan
pariwisata 3,19 persen lalu perdagangan sebesar 6,78 persen, jasa 4 persen,
peternakan 3,7 persen yang lainnya 1,48 persen rata rata mengalami penurunan
omset 46,18 persen dan tenaga kerja UMKM juga turun 30,56 persen,"
paparnya.
Ema menambahkan
persoalan yang paling besar dari 26.568 UMKM adalah pada pemasaran yaitu 54,92
persen mereka bisa produksi tapi tidak bisa jualan yang kedua pembiayaan habis
buat makan lalu yang ketiga adalah bahan baku," pungkasnya.
Firmansyah selaku Wakil
Dekan FEB Universitas Diponegoro, Semarang mengungkapkan bahwa usaha besar
maupun menengah kebawah, lebih besar usaha menengah ke bawah yang terdampak,
sebenarnya pelaku ekonomi dikuasai oleh UMKM mencapai 97 persen bagaimana terdamapak
? dia pelaku terbesar tapi dari porsi ekonomi ternyata 60 persen artinya usaha
besar yang pelakunya 3 persen itu menguasai ekonomi sampai 40 persen. Jadi
kalau dihitung semua terdampak dan itu rumus kalau dihitung secara agregate.
" Indonesia
penopangnya terdapat di empat provinsi besar yaitu DKI Jakarta, jawa barat,
jawa tengah dan jawa timur," papar Firman.
# Taufiq W