Oleh : Th. Dewi Setyorini, Psikolog
Founder Rumah Pemberdayaan, Semarang
Pandemi Covid-19 menemukan babak barunya. Setelah sekian
lama bergelut dengan segala daya dan upaya, pada akhirnya disadari bahwa kita
harus menerima kenyataan hidup berdampingan dengannya. Ibarat musuh yang tak
harus kita lawan dengan segala energi hingga menghabiskan seluruh kekuatan
kita, maka strategi yang dipakai adalah hidup bersamanya dengan tetap aware atau waspada. Hidup harus segera
dimulai dengan melakukan format baru, melihat dengan kaca mata baru, dengan
merelakan semua kebiasan yang selama ini sudah kita jalankan. Mudahkah?
Habitus baru kita mulai sekarang. Mental set ini perlu
kita tanamkan dengan seeratnya di kepala dan benak kita. Disadari dengan segala
keweningan berpikir, ketenangan dalam bersikap, dan keterbukaan terhadap
berbagai informasi dengan tetap mengedepankan sikap kritis dan cerdas. Eling
dan waspada. Eling dengan tetap menyadari hidup sebagai manusia dengan segala
kefanaannya, tidak jumawa, dan merasa diri paling kuat. Sikap eling akan
membangun mental diri sebagai makhluk Tuhan yang sempurna namun dengan segala
kerentanannya yang mudah terimbas oleh kekuatan alam yang mungkin tak akan
mampu kita lawan.
Kesadaran diri sebagai manusia yang tak pernah
mengabaikan alam semesta sebagai pengejawantahan Tuhan dalam hidup keseharian.
Pengabaian terhadap alam hanya akan menghadapkan kita pada kekuatan alam yang
tak akan mampu kita atasi secerdas apapun manusia. Karena kesejatian hidup
terletak pada hakekat penghargaan bahwa manusia dan alam adalah satu. Selama
ini adakah kita merawat dan meruwat alam, atau dengan aroganitas kita, kita
habisi alam semau kita. Seakan kitalah pemilik absolut yang tak bisa
tertelikung oleh kekuatannya? Covid-19 menyadarkan kita, bahwa alam dan manusia
adalah paduan harmoni yang indah yang akan beriring sejalan dengan segala
kesejatiannya untuk melaksanakan takdir sebagai manusia hingga pungkasan waktu
menyudahinya.
Keselarasan alam perlu kita bangun dengan konsep baru
sejalan dengan hidup baru yang akan kita rengkuh. Mulai dari lingkungan sekitar
kita yang paling intim kita bangun keselarasan. Kebersihan diri dan sekitar,
memadu rasa mengawal kehidupan agar keindahan dan keharmonisannya terjaga.
Bukan hal sulit untuk dilakukan hanya perlu disiplin dan ketekunan untuk terus
menerus menjalankannya tanpa mengeluh. Pengabaian hanya mendekatkan kita pada
ancaman hidup yang tak kasat mata namun dengan kewaspadaan akan siap menelan
kita mentah-mentah. Tentu, kita tak akan memilih meyudahi hidup dengan cara
konyol karena ketidakmampuan menjaga disiplin diri.
Waspada adalah sikap untuk selalu membuka diri,
mempertajam indra, meingkatkan resonansi terhadap segala hal yang memiliki
kemungkinan mencederai. Sikap masa bodoh dan menganggap bahwa segala sesuatu
dapat kita atur di bawah kendali kita, adalah sikap yang memperburuk keadaan,
menumpulkan indrawi, dan memasung diri. Keterbukaan terhadap berbagai
informasi, memilah dan memilih secara cerdas berbagai berita, dengan tetap
membuka ruang diskusi, sharing, dan perdebatan dengan didasari kebutuhan untuk
terus belajar tanpa batas, mengarungi ilmu pengetahuan layaknya murid yang haus
belajar, akan menambah kemanusiaan sebagai manusia, dan meletakannya dalam
harkat tertinggi sebagai makhluk Tuhan paling sempurna.
Alam tak akan mencederai selama kita melakukan
persahabatan secara mutlak. Semesta akan mendukung selama kita tak berniat
mendakunya sebagai milik tanpa batas. Yang dibutuhkan kini hanya kesadaran
bahwa dalam perjalanan hidup kita sebelumnya, kita pernah mengabaikan kehidupan
ini. Hingga saat kita dipaksa di titik nadir, baru kita sadari, bahwa hidup
terlalu berharga untuk kita masa bodohkan.
New Normal adalah kehidupan baru yang tak perlu kita
tentang dan tantang. Ini adalah fakta kehidupan bahwa hidup harus berlanjut
dengan cara pandang baru. Menjalani dengan segala dinamikanya akan membuat kita
mengalir tanpa paksaan, mengikuti hidup yang memang sudah digariskan untuk
dijalani dengan konsep dan sikap berbeda. Kita tak sendiri, ada banyak kawan di
luar sana yang siap membantu dan perlu bantuan. Saling bergandeng tangan, siapa
yang kuat merengkuh yang lemah, yang lemah bersedia untuk terus melangkah, maka
tak ada yang mustahil bahwa kita akan mengganjur hidup dengan lebih baik.
New Normal akan kita jalani. Suka atau tidak suka, susah
atau mudah, semuanya hanya tergantung pada bagaimana kita melihat. Sejauh cara
pandang yang kita pakai adalah positif, maka segalanya akan menjadi lebih
dimungkinkan untuk kita lakukan. Kibas habis mental block yang hanya akan membatasi kita mengeksplorasi hidup
yang menawarkan dinamika tanpa batas. Rengkuh seutuhnya dan biarkan semuanya
berjalan sebagaimana garis yang sudah ditentukan. Tak ada kehidupan yang tak
menuntut totalitas. Semuanya hanyalah masalah kompromi. Tak ada yang berkorban dan tak ada yang dikorbankan.
Karena hidup bukan semata masalah kalah dan menang, namun sejauh mana
kontribusi kita melawan segala kelemahan sebagai manusia yang rentan. Mari
menatap masa depan dengan segala kerinduan pada hidup yang sudah ditakdirkan
dan menjalaninya dengan riang karena hakiki kita sebagai manusia adalah mengisi
dan menggulirinya sepenuh hati dengan tetap meletakkan kesejatian penciptaan
pada keillahian Tuhan sebagai pemberi hidup. Selamat datang New Normal.
#Taufik W