Oleh : Yuni Rosdiana
Pembukaan kembali
sejumlah sektor menuju fase masyarakat yang produktif dan aman dari Covid-19
harus melalui tahapan-tahapan yang ketat dan hati-hati. Kebijakan ini merupakan
langkah terkait adaptasi kebiasaan baru agar masyarakat tetap produktif dan
aman dari penularan Covid-19. Hampir semua lini kehidupan termasuk sektor
ekonomi mengalami pelemahan yang sangat terasa. Pada fase masa transisi menuju
kebiasaan baru, sektor ekonomi harus segera bangkit, seiring penanganan
Covid-19 dari sisi kesehatan.
Kondisi perekonomian
global telah berubah secara signifikan dengan merebaknya Covid-19 di awal 2020.
Perubahan ini diperlihatkan dengan menurunnya kondisi perekonomian di berbagai
sektor setelah WHO menyatakan secara resmi Covid-19 sebagai pandemi. Kerugian
diakibatkan oleh penyebaran Covid-19 telah dirasakan oleh berbagai sektor di
tanah air, dimulai dari sektor manufaktur hingga pariwisata mengalami penurunan
pendapatan cukup tajam.
Pemerintah telah
mengeluarkan beberapa strategi dan kebijakan preventif sebagai upaya
meminimalisasi risiko penyebaran Covid-19. Presiden mengeluarkan kebijakan social distancing sebagai antisipasi
penyebaran virus yang diikuti oleh pejabat daerah yang mengeluarkan juga
kebijakan WFH (Work from Home) dan
belajar dari rumah. Strategi kebijakan ini dilakukan untuk setiap karyawan agar
tetap dapat berkarya secara optimal dalam menjalankan kebijakan tersebut dengan
memperhitungkan berbagai skenario Covid-19 termasuk budaya organisasi.
Budaya
organisasi perusahaan
Budaya organisasi
perusahaan yang selama ini telah terbentuk, dengan adanya beberapa kebijakan
pemerintah yang dikeluarkan saat pandemi maka perusahaan harus mulai bersahabat
dan melakukan penyesuaian dengan kondisi saat ini. Membangun budaya organisasi
perusahaan yang tangguh dan relevan
dengan kondisi saat ini merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
bisa menyesuaikan dengan perkembangan kondisi pandemi sehingga perusahaan memiliki kemampuan yang
cukup. Harapannya tetap unggul dan mampu bersaing pada masa ketidakpastian yang
tinggi.
Budaya selalu
menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Budaya adalah cermin
dari masyarakatnya termasuk pada komunitas paling kecil. Budaya merupakan “the way of life” bagi suatu masyarakat
yang didefinisikan sebagai sistem nilai masyarakat yang mencirikan suatu
nilai-nilai yang dianut dan diterima bersama dalam satu pemahaman dengan latar
belakang anggota organisasi yang berbeda-beda serta digunakan sebagai dasar
dalam aturan perilaku dalam organisasi tersebut.
Budaya perusahaan
merupakan keinginan kelompok untuk
berbuat sesuai harapan dan
manifestasi kehidupan dalam mencapai nilai-nilai yang dianut organisasi.
Membangun budaya organisasi yang efektif di masa pandemi saat ini, perlu adanya
penyesuaian-penyesuaian, sehubungan dengan banyaknya perubahan-perubahan yang
terjadi pada tatanan kehidupan, mulai dari kehidupan sosial dan juga dalam
berorganisasi.
Dampak dari kebijakan
dengan menjaga jarak atau social
distancing, telah merubah pola prilaku dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan
cara kerjapun telah digantikan dengan cara daring atau virtual demi mencegah
penyebaran pandemi covid-19. Dengan demikian bagaimana penyesuaian yang harus
dilakukan pada budaya organisasi perusahaan. Dimana dan apakah unsur budaya
yang memiliki peranan terpenting dalam perusahaan pada masa pandemi covid-19.
Inilah pertanyaan yang muncul dalam setiap benak pengelola organisasi. Mau
dibawa kemana organisasi perusahaan yang selama ini menjadi sandaran orang
banyak di sektor ekonomi.
Adaptasi
ditengah situasi krisis
Sudah saatnya segera
lakukan adaptasi ditengah situasi krisis saat ini, jangan sampai menunggu
pandemi surut bahkan hilang, yang kemudian akan
menyurutkan tingkat pendapatan perusahaan secara signifikan. Langkah apa
yang harus diambil agar perusahaan tetap survival ?
Untuk mengatasinya,
perusahaan harus mempersiapkan diri dalam menghadapi hal terburuk dengan
kemampuan bertahan hidup (survival skill) dibawah karakteristik budaya organisasi
perusahaan sebagai pijakan.
Paling tidak ada Lima
karakteristik budaya organisasi perusahaan yang bisa digunakan untuk
menganalisis agar perusahaan menjadi tegar menghadapi baik pada saat Covid-19 masih
berlangsung maupun pasca-Covid-19.
Pertama, adanya Inovasi
dan Pengambilan Resiko. Berinovasi dan bereksperimen dalam bekerja serta berani
mengambil resiko merupakan karakteristik pertama dari budaya organisasi
perusahaan. Bersikap selalu inovatif dan
bereksperimen dalam bekerja khususnya terutama pada penyelesaian masalah yang
timbul di masa pandemic ini. Tujuannya, agar perusahaan tetap berinovasi
dalam menghasilkan dan mendistribusikan
produk serta menata tatanan dalam berorganisasi dengan tetap mengutamakan
kesehatan dan keselamatan anggota-anggota organisasi atau karyawan, termasuk
anggota keluarganya di rumah.
Hal ini perlu
diperhatikan karena inovasi tidak akan terbentuk jika karyawan atau anggota
organisasi masih khawatir dengan kesehatan dan keselamatan diri sendiri juga
anggota keluarganya. Selain itu karyawan
dituntut untuk berani dalam mengambil resiko dengan berdasarkan pada
perhitungan kerja yang tepat dan matang.
Kedua, memperhatikan
secara mendetail. Karakteristik budaya organisasi perusahaan menuntut agar
anggota organisasi diminta fokus dan cermat dalam bekerja serta ketepatan dalam
menganalisis hasil pekerjaan. Selain itu perhatian pada hal-hal yang rinci
dengan selalu teliti dan mendetail dalam menganalisis, baik produk, proses dan
juga pelanggan, karena prilaku pelanggan akan berubah ketika muncul Covid-19.
Perhatian secara mendetail ini, dalam masa pandemi diperluas tidak hanya fokus
pada hal yang dikerjakan dan juga pelanggan tetapi memberi perhatian detail
pada kesehatan dan keselamatan karyawan dengan memberikan bentuk perhatian.
Bentuk perhatian ini
bisa berupa pemberian informasi dari sumber-sumber terpercaya sampai pada
pemberian dukungan baik moril maupun materiil dan memberikan rasa aman dan
nyaman dalam situasi yang tidak pasti ini sehingga tidak terjadi kepanikan dan
ketakutan. Hal ini dilakukan karena perlu juga membangun kesehatan mental dan emosional
anggota organisasi, walaupun kerja dilakukan secara daring atau virtual.
Ketiga, berorientasi
pada kebermanfaatan. Fokus pada kebermanfaatan berbagai fihak dengan fokus pada
hasil akhir pekerjaan dengan harapan yang tinggi atas hasil akhir pekerjaan
tersebut merupakan karakteristik budaya organisasi yang ketiga. Akan tetapi di
masa pandemi Covid-19 ini harapan yang tinggi tidak hanya fokus pada hasil
akhir pekerjaan tetapi juga kesehatan dan keselamatan selama proses yang
dilakukan. Untuk membantu hasil akhir yang tinggi, perlu adanya suatu teknologi
yang dapat mendukung dengan memasukkan alat kerja digital yang bisa dilakukan dari jarak jauh, sehingga
walaupun kebijakan WFH dilakukan, hasil akhir yang tinggi tetap tercapai.
Keempat, berorientasi pada
tim. Kegiatan kerja yang diorganisasikan dalam tim-tim bukan dalam
individu-individu dengan melakukan kolaborasi merupakan karakteristik budaya
organisasi perusahaan yang strategis. Berorientasi pada tim dalam segala hal
termasuk pada tiap keputusan yang diambil oleh organisasi harus melalui
pertimbangan bahwa dampaknya harus positif terhadap anggota dalam organisasi.
Dalam masa pandemi
seperti ini karyawan hendaknya diberikan kepercayaan yang lebih besar agar
kemandirian karyawan terbangun. Selalu menjaga komunikasi dengan tim dan
melakukan interaksi antar tim dengan menyediakan fasilitas komunikasi yang
lebih efektif.Fungsi kontrol sosial dari budaya organisasi mampu mempengaruhi
keputusan dan perilaku karyawan. Cara yang efektif mengarahkan karyawan untuk
mencapai tujuan atau sasaran organisasi l sesuai dengan yang diharapkan yaitu
dengan melakukan peninjauan ulang
prioritas perusahaan ditengah kondisi pandemi ini.
Selanjutnya pastikan
bahwa sasaran dan yang menjadi prioritas utama tersebut tersosialisasikan dan
dipahami oleh para karyawan hingga level yang paling bawah. Komunikasi yang
sangat intens dan jelas atas
inisiatif-inisiatif brilian sangat
dibutuhkan pada situasi seperti ini, sehingga karyawan disamping merasa
diperhatikan, juga akan termotivasi dengan komunikasi intens seperti ini.
Kelima, bersifat
agresif. Memiliki inisiatif dan adanya semangat berkompetisi dalam bekerja
serta membuat anggota bertindak agresif merupakan karakteristik terakhir dari
budaya organisasi. Dimasa pandemi Covid-19 ini tinjau kembali seluruh
perspektif biaya, inventaris, pertumbuhan, rencana, dan strategi dari sudut
pandang yang berbeda. Evaluasi rencana bisnis dengan menemukan hal-hal yang
perlu diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam menghadapi masa selama dan pasca pandemi. Terapkan strategi yang paling
tepat dengan selalu menghormati dan memperkuat hubungan dengan pelanggan agar
target pendapatan tetap tercapai dengan memberikan kepuasan pelanggan yang
optimal.
Tujuannya keuntungan
yang maksimal dapat diperoleh dengan selalu mengikuti protokol kesehatan dan
keselamatan baik di tempat kerja, di jalan maupun di rumah yang tidak luput
dari pantauan organisasi. Berdasarkan berbagai perubahan tatanan kehidupan baik
personal maupun usaha, maka hendaknya dengan segera membentuk budaya organisasi
baru yang sehat, bersih, nyaman, aman dan tetap menguntungkan. Dengan demikian
di masa pandemi Covid-19 perusahaan mampu bertahan hidup dan menyesuaikan diri
dalam pola hidup yang dipedomani protokol kesehatan yang dilakukan untuk
memutus mata rantai penyebaran sambil beraktivitas seperti biasa, sehingga
keuntungan tetap diraih walaupun ditengah ketidakpastian yang cukup tinggi.
(Yuni
Rosdiana, SE, M.Si, Ak, CA, Dosen tetap
Program Studi Akuntansi FEB Unisba dan Kandidat Doktor Pada Program Doktoral
FEB Universitas Trisakti)