Para pegawai honorer K2 foto bersama usai berderma-lpktrankonmasi.com |
Semarang,
lpktrankonmasi.com – Di tengah pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan angka
penurunan di kota Semarang khususnya, guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19,
para pegawai honorer kategori 2 (K2) yang tergabung dalam Forum Honorer
Kategori 2 (K2) Indonesia (FHK2I) di Kota Semarang, meskipun tidak
pernah dimanja negara dengan gaji ke-13 dan tunjangan hari raya, para pegawai
honorer Kategori 2 (K2) tetap semangat menyisihkan sebagian rejekinya untuk
meringankan para masyarakat yang terdampak Covid-19.
Sebanyak
684 anggota FKH2I Kota Semarang bergerak bersama menuju Semarang hebat
dengan menyisihkan gajinya yang tak seberapa, disumbangkan untuk membantu warga
terdampak wabah Corona, dan mendukung pencegahan Covid-19.
Para Pegawai
honorer K2 yang terdiri para guru, perawat, staf kantor dan berbagai pegawai
honorer tersebut membagikan 4 ribu bungkus mie instan, 1.000 masker, dan 200
paket beras seberat 5 Kilogram. Ditambah puluhan jerigen cairan disinfektan,
dan aksi penyemprotan anti-Corona, dan pemberian pakaian Alat Pelindung Diri
(APD).
.Ketua FHK2I Kota Semarang Suharmanto menyatakan, anggota FHK2I merasa bersyukur sekaligus merasa prihatin sehingga tergerak berderma. Bersyukur karena merasa telah mendapat perhatian perhatian pemerintah berupa gaji sebesar Rp 3 juta. Sedangkan prihatin, karena banyak warga mengalami kesulitan akibat dampak wabah Corona.
“Kami
gotong-royong iuran. Mengambil sebagian gaji kami. Alhamdulillah terkumpul
untuk berbagi donasi. Inilah wujud rasa syukur kami dalam masa prihatin kini,”
ucapnya usai membagikan bantuan kepada warga miskin di Kelurahan Meteseh,
Tembalang, Semarang, Minggu, (3/5/2020).
Diungkapkan
guru SDN Bulusan, Tembalang ini, gaji honorer K2 di Kota Semarang lebih banyak
dari daerah-daerah lain di Jawa Tengah. Itulah yang membuat anggota
organisasinya merasa patut mengungkapkan rasa syukurnya dengan menyumbangkan
sebagian penghasilan. Sebab, sambung Suharmanto, banyak tetangga kiri kanan,
kerabat maupun teman, mengalami nasib yang pilu.
“Kami merasakan berpuluh
tahun bernasib pilu. Status pegawai tidak tetap yang penghasilannya sangat
sedikit. Maka ketika kami merasa telah meraih nasib yang baik, rasanya iba
dengan sekeliling kami yang saat ini jatuh pilu,” pungkasnya menahan haru.
#
Taufiq.W.