Semarang, - Pembagian paket sembako Kota Semarang yang
dimulai tanggal 12 – 18 April 2020 lalu ternyata tidak semulus yang dilihat
dipermukaan dan tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Banyak terjadi kesemrawutan terkait database warga penerima
paket sembako. Dan berdampak memanas di akar rumput.
Dalam pembagian paket sembako terdampak Covid - 19 di Kota
Semarang, terjadi banyak kesemrawutan terkait bank data atau database di
pemerintahan kota. Tidak hanya tidak tepat sasaran pembagiannya, namun banyak
data yang muncul tidak sesuai dengan nama penduduk setempat. Bahkan nama warga
yang sudah meninggal pun masih terdata dan menerima pembagian paket sembako.
Begitu juga dengan munculnya double nama dan alamat yang sama. Pensiunan
menerima paket sembako.
Sementara yang harusnya berhak, malah tidak menerima. Hal itu
diduga terjadi tidak hanya di satu atau dua kelurahan, namun hampir merata di
seluruh Kota Semarang. Artinya, pihak pemerintah kota Semarang diduga asal –
asalan dalam membuat daftar nama penerima sembako. Asal Bapak Senang, dalam
memenuhi target yang diinstruksikan. Walaupun dalam juklak dan juknis pembagian
sembako, seperti yang beredar di masyarakat tertulis by name by address. Namun kenyataannya tidak sesuai dengan yang
diharapkan masyarakat.
Satu contoh yang terjadi di Kecamatan Semarang Utara. Yang
merupakan penerima paket sembako (pasem) terbanyak di Kota Semarang, yaitu
sebanyak 13.741 pasem dan tepatnya di Kelurahan Tanjung Mas, yang penerima
pasemnya adalah sebanyak 5.773 untuk tingkat Kelurahan se Kota Semarang, dengan
jumlah RW sebanyak 16.
Di beberapa RT dan RW di Kelurahan Tanjung Mas, yang berhasil
ditemui wartawan menyebutkan, bahwa sebagai perangkat paling rendah dalam
pemerintahan, pihaknya kurang begitu paham terkait adanya dugaan semrawutnya
realisasi penerima pasem yang dibagikan oleh pemerintah Kota Semarang.
“Kendala yang kami alami, data yang diajukan tidak sesuai
dengan harapan. Sebab, kita sebagai perangkat RW tidak ada pengajuan data kok
sudah muncul nama. Sedangkan nama – nama warga yang kita ajukan malah tidak
ada. Pengajuan kita sebanyak 203, namun yang terealisasi hanya 84,” jelas
Parman, Ketua RW 12 Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara saat ditemui
wartawan di kediamanya.
Disampaikan pula oleh Parman, bahwa untuk mengatasi
kebingungannya, maka muncul inisiatif untuk dibagi dua dalam pembagiannya
kepada warganya, karena jumlahnya yang minim. Dan kejadian yang berbeda terjadi
di RW 13 malah lebih besar realisasinya. Sebab, pihak RW hanya mengajukan 400,
yang terealisasi malah 600 pasem. Sebab banyak nama ganda yang muncul. Sedang
di tempat lain, jumlah warga hanya 40, namun yang terealisasi malah 90.
“Itu terjadi di kampong Kalibaru, Kelurahan Bandarharjo.Tapi
RT berapa lupa mas. Mosok warganya 40 KK dapatnya malah 90 paket. Kalau di RT
wilayah saya, pengajuan 40 terealisasi 22,” tandas Sutrisno, Ketua RT 2 RW9 KelurahanTanjung Mas, di Warak
(WarungAkik) tempat jual beli batu akik dan aksesoris miliknya, Selasa 21/4/2020.
Tidak beda yang terjadi di Kecamatan Candisari, Kota
Semarang. Banyak perangkat RT maupun RW kurang paham dengan kondisi database
nama penerima pasem. Sebab, proses pendataan warga masih berjalan, kok sudah
muncul jumlah angka dan jadwal pendistribusiannya.
Dan kejadian memanasnya situasi di akar rumput terjadi juga.
Seperti kekhawatiran yang disampaikan beberapa pengurus RT / RW terkait
munculnya kecemburuan sosial. Banyak warga yang mengajukan protes ke jajaran RT maupun RW.
“Ya kita protes mas. Ini gak adil to pembagiannya. Mosok yang
sudah meninggal, yang pensiunan atau yang PKH masih muncul namanya. Ini datanya
amburadul,” kata ibu – ibu salah satu warga Kelurahan Wonotingal yang ditemui
wartawan menyampaikan uneg-unegnya.
Di Kelurahan Wonotingal sendiri, dari usulan yang diajukan
oleh pihak kelurahan adalah sebanyak 469 dan usulan yang terealisasi 319 dengan
jumlah RW sebanyak 6. Sedang di Kelurahan Jomblang, dari 1000 pengajuan, dari
jumlah warga dikisaran 20.000, usulan yang terealisasi hanya 90 dari total
pasem yang dibagikan sebanyak 1.280.
Sedang Kelurahan Tegalsari usulan yang terealisasi adalah
sebanyak 735 dengan total pasem yang didistribusikan sebanyak 1.203.
Sementara di Kelurahan Candi, dari informasi yang diterima,
ada dugaan pengajuan data yang dimasukkan adalah data warga miskin tahun 2017
lalu, bukan data terupdate warga yang terdampak Covid 19 seperti yang diinstruksikan.
Dan yang terealisasi dari usulan yang diajukan adalah sebanyak 384, dengan
jumlah RW sebanyak 11. Dengan jumlah distribusi paket sembako sebanyak 1.095.
(Absa-Smg)