(Desa di Magelang Bangun Bilik Karantina Dilengkapi Wifi untuk Pemudik:bykompas.com/lpktrankonmasi.com) |
MAGELANG, lpktrankonmasi.com- Pemerintah Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah berinisiatif membangun ruang karantina bagi pemudik yang pulang saat pandemi virus corona (Covid-19).
Ruangan atau bilik dibuat di dalam gedung serbaguna milik pemerintah desa setempat. Kepala Desa Krincing Heri Purwanti mengatakan, para pemudik terutama dari episentrum Covid-19 seperti Jakarta dan sekitarnya diwajibkan untuk tinggal di tempat karantina ini selama 14 hari.
Heri mengatakan, persiapan bilik karantina ini dilakukan agar Desa Krincing zero Covid-19. "Bilik ini untuk mengantisipasi kedatangan pemudik ke Desa Krincing, dari Jakarta dan sekitarnya. Karena kita targetkan 100 persen desa Krincing aman dari Covid-19," ucapnya, dihubungi Rabu (8/4/2020).
Ada 20 bilik karantina yang akan dibuat menggungakan papan triplek. Masing-masing bilik berukuran 2,5 meter x 2,5 meter. Setiap bilik dilengkapi dengan satu kasur, dilengkapi hand sanitizer, masker, tempat cuci bahkan ada jaringan Wifi. "Kita lengkapi dengan Wifi supaya mereka yang dikarantina juga betah tidak merasa bosan. Kemudian untuk pria wanita biliknya kita pisahkan," kata Heri.
Selain itu juga diadakan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Pihaknya bekerjasama dengan faskes setempat, termasuk menggandeng Polsek dan Koramil serta relawan setempat untuk pengamanan.
Selama masa karantina, lanjut Heri, biaya hidup ditanggung secara swadaya. Sementara biaya logistik ditanggung oleh pihak keluarga masing-masing karena pemerintah desa tidak ada anggaran. Lebih lanjut, dana yang digunakan untuk membuat bilik berasal dari dana desa sebesar Rp105 juta.
Namun karena sampai saat ini dana desa belum turun, maka pihaknya berutang lebih dahulu. Bahkan, dirinya secara pribadi rela menggadaikan mobil untuk membeli kebutuhan pembuatan bilik karantina.
"Bayarnya nanti kalau dana desa sudah turun sekitar bulan Mei," katanya.
Dana sebesar itu selain untuk membuat bilik karantina, juga untuk kebutuhan lain seperti untuk membeli obat-obatan dan juga disinfektan. Kendati demikian Heri tetap meminta para perantu agar tidak mudik untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Bilik karantina ini juga untuk memberikan shock teraphy bagi perantau yang akan pulang.
"Kalau tidak mau dikarantina, sebaiknya tidak usah pulang ke Krincing. Tapi kalau tetap mau pulang ada konsekuensi yang harus diterima yakni harus karantina selama 14 hari," ujar Heri.
Menurut Heri, sampai saat ini ada beberapa warga Krincing yang bekerja di luar kota sudah menghubungi mau pulang mudik. Demikian pula yang berasal dari Kalimantan juga mau mudik.
"Kalau dari Jakarta dan sekitarnya harus karantina 14 hari karena zona merah, sedangkan dari Kalimantan nanti bisa menyesuaikan asal mereka membawa surat keterangan sehat dari pihak yang berwenang," ucapnya.
Warga yang bekerja di Jakarta dan sekitarnya rata-rata berprofesi sebagai sales perusahaan atau pekerja pabrik. Sedangkan di Kalimantan bekerja di pertambangan atau di kebun kelapa sawit. Persiapan lain yang dilakukan desa adalah membuat masker secara mandiri dengan memberdayakan penduduk setempat.
Saat ini sudah ada 400 masker yang dibuat dan nantinya dibagikan untuk pemudik ataupun relawan yang berjaga di posko-posko. Di desa Krincing yang memiliki 8 dusun, terdapat 20 posko karena desa ini merupakan desa strategis dengan banyak lintasan jalan. Sehingga, warga luar yang hendak datang ke desa ini harus melalui posko untuk didata dan disteril, seperti cuci tangan dan menggunakan hand sanitizer.
Diakuinya, pihaknya sangat ketat dalam menerima tamu dari luar. Bahkan beberapa waktu lalu ada warga yang membawa tamu dari Jakarta. Tamu itu terpaksa diminta untuk segera meninggalkan desa demi kenyamanan masyarakat lainnya.
lpktrankonmasi.com
artikelby:kompas.com