Oleh : Pudjo Rahayu Risan
Pemerintah memproyeksikan beberapa skenario pertumbuhan
ekonomi sesuai dengan kemungkinan perkembangan kasus covid-19. Skenario
terburuk terjadi jika penyebaran kasus covid-19 berlangsung 3-6 bulan,
diberlakukan lockdown, dan
perdagangan internasional drop hingga di bawah 30%, maka diproyeksikan
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berada di kisaran 0 – 2,5 %. Angka tersebut
berarti menurun drastis, jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar
5,02%. Namun masih lebih baik dibandingkan krisis 1998, dimana pertumbuhan
ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -13,13 %.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan, hampir semua lembaga
dan organisasi membuat skenario dan proyeksi pertumbuhan ekonomi pasca
penyebaran Covid-19. Hanya saja, pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun tidak
bisa diprediksi (unpredictable)
selama penyebaran Covid-19 belum berakhir. Pertanyaan, sampai kapan penyebaran
wabah Covid-19 di Indonesia berakhir ? Diprediksi berakhir terjadi pada Juni
2020 atau 3 bulan lagi.
Analisa
Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) memprediksi
penyebaran Covid-19 di Indonesia akan mencapai puncak pada minggu kedua atau
ketiga April dan berakhir akhir Mei atau awal Juni.
Prediksi itu berdasar hasil simulasi dan permodelan sederhana
prediksi penyebaran Covid-19 yang dilakukan Pusat Pemodelan Matematika dan
Simulasi (P2MS) ITB.
Menurut Nuning Nurani, salah satu tim peneliti yang melakukan
simulasi dimaksud, terjadi pergeseran hasil dari yang ramai dibicarakan
sebelumnya. Dalam salah satu artikel yang dimuat di situs resmi ITB pada Rabu
(18/3/2020) lalu, menyatakan bahwa hasil kajian menunjukkan penyebaran Covid-19
mengalami puncaknya pada akhir Maret 2020 dan berakhir pada pertengahan April
2020 dengan kasus harian baru terbesar berada di angka sekitar 600.
Tim ITB menggunakan model Richard's Curve Korea Selatan
karena sesuai dengan kajian Kelompok Pemodelan tahun 2009 yang dibimbing oleh
Kuntjoro A Sidarto. Model tersebut terbukti berhasil memprediksi awal, akhir,
serta puncak endemi dari penyakit SARS di Hongkong tahun 2003. Model Richard’s
Curve terpilih ini lalu mereka uji pada berbagai data kasus Covid-19 terlapor
dari berbagai macam negara, seperti China, Iran, Italia, Korea Selatan, dan
Amerika Serikat, termasuk data akumulatif seluruh dunia.
Ternyata secara
matematik, ditemukan bahwa model Richard’s Curve Korea Selatan adalah yang
paling cocok, kesalahannya relatif kecil untuk disandingkan dengan data kasus
terlapor Covid-19 di Indonesia jika dibandingkan dengan model yang dibangun
dari data negara lain, kesesuaian ini terjadi saat Indonesia masih memiliki 96
kasus. Menurut peneliti ITB, saat
menuliskan hal tersebut melihat data update per tanggal 14 Maret 2020,
Indonesia masih berada di titik 96, lalu difitting
data dari beberapa negara yang saat itu sudah terlebih dahulu memiliki
data, dan pelakukan penanganan pencegahan.
Diperoleh data dari negara-negara tersebut, saat itu Korsel
memiliki selisih angka terbaik dibanding yang lain. Sehingga dipilih model data
Korsel. Jadi kecocokannya dilihat dari selisih error perhitungan. Padahal Korea
telah melakukan penanganan yang cukup serius dan massive. Hasil simulasi lewat
model Richard's Curve dengan memasukkan data 14 Maret 2020 (dengan 96 kasus), tampak
bahwa puncak penyebaran Covid-19 di Indonesia adalah akhir Maret 2020, kemudian
diprediksi berakhir pada pertengahan April 2020.
Perhitungan Simulasi Berubah
Namun karena kasus Covid-19 di Indonesia terus merangkak
naik, perhitungan simulasi itu pun bergerak dan telah berubah. Namun data saat
ini juga bertambah dan terus naik, akibatnya dinamika dari data akan
memengaruhi perhitungan parameter model kurva Richard yang berakibat juga pada
perubahan proyeksi, baik dari sisi akumulasi dan juga puncak kasus. Karena
model proyeksi ini "hanya" berdasarkan informasi data akumulasi kasus
saja, akibatnya kenaikan kasus akan menyebabkan perubahan proyeksi.
Puncak akan bergeser di sekitar minggu kedua atau ketiga
April dan berakhir di akhir Mei atau awal Juni. Namun perlu dicatat, hal ini
bisa terwujud asal penanganan pencegahan dilakukan secara serius, sigap, dan
disiplin oleh semua pihak mulai dari elemen individu, masyarakat sampai pada
pemerintah dan berbagai instansi terkait.
Apakah satu bulan setelah puncak, wabah berakhir ? Simulasi
pemodelan matematika tidak bisa menjawab dan memastikan apakah satu bulan
setelah puncak maka penyebaran berakhir. Puncak dan berakhirnya penyebaran
sepenuhnya berkaitan dnegan banyak aspek. Tentu saja selesai secepatnya itu
harapan kita semua. Dan model tidak bisa menjamin hal itu.
Antisipasi dan tameng
ekonomi
Pemerintah bersama otoritas keuangan dan moneter tentu tidak
berdiam diri tanpa berbuat apa-apa mengantisipasi kemungkinan paling buruk
sekalipun dampak ekonomi dari wabah Covid-19. Hal ini merupakan antisipasi
sekaligus tameng ekonomi bila pertumbuhan ekonomio hanya berada di kisaran 0 –
2,5 %. Angka tersebut berarti menurun drastis, jika dibandingkan pertumbuhan
ekonomi 2019 sebesar 5,02%. Walau masih lebih baik dibandingkan krisis 1998,
dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -13,13 %. Berbeda
dengan krisis keuangan, situasi kali ini juga langsung berdampak di kehidupan
sehari-hari masyarakat yang diminta melakukan social distancing. Kebijakan pemerintah dengan sejumlah langkah
yang telah diambil tampak mencakup lini moneter, fiskal, dan sektor riil
sekaligus.
Berdasarkan perhitungan kembali anggaran yang dilakukan
Kementrian Keuangan, terdapat dana Rp121,3 triliun yang bisa digunakan utnuk
menangani bencana nasional, Covid-19. Dana tersebut terdiri dari Rp 62,3
triliun dana APBN dan Rp 59 triliun dana transfer daerah. Tidak itu saja,
dengan transfer ke daerah dan dana desa mencapai Rp 850 triliun, seharusnya
daerah bisa juga realokasi anggarannya. Proses realokasi anggaran sangat
praktis dan simpel hanya membutuhkan waktu dua hari. Selanjutnya anggaran sudah
bisa digunakan untuk penanganan Covid-19, baik untuk membeli alat kesehatan,
infrastruktur rumah sakit, jaringan pengaman social maupun membantu UMKM.
Paling tidak ada sepuluh (10) langkah antisipasi dan tameng
ekonomi selama enam bulan kedepan, 1)
insentif bagi industri penerbangan, 2) pembebasan pajak hotel dan restoran, 3)
insentif sektor perumahan, 4) BUMN boleh buyback saham, 5) pajak penghasilan
ditanggung pemerintah, 6) kartu prakerja, 7) relaksasi PPh impor, 8) stimulus
industri jasa keuangan, 9) UMKM boleh tunda bayar utang dan 10) paket stimulus
fiskal.
Regulasi sudah ditata, giliran masyarakat harus sadar untuk
ditata. Kata kuncinya adalah, disiplin, disiplin dan disiplin. Badai pasti
berlalu.
(Drs. Pudjo Rahayu Risan, M.Si, lulusan
Magister Administrasi Publik Undip, pengurus Asosiasi Ilmu Politik Indonesia
(AIPI) Semarang, pengajar tidak tetap STIE Semarang dan STIE BPD Jateng.