Yogyakarta-
Beberapa hari yang lalu tepatnya pada
hari Jum'at (21/02/2020) sekitar pukul 15.20 Wib melalui akun Facebook
digegerkan adanya berita duka yang sangat mendalam terjadiNYA musibah
tenggelamnya beberapa siswa/siswi SMPN 1 Turi Kabupaten Sleman. Musibah terjadi
pada saat sedang melaksanakan kegiatan
Pramuka susur sungai di sepanjang Sungai Sempor, Kecamatan Turi Kabupaten
Sleman. Kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak sekolah tersebut menyebabkan
korban meninggal 4 orang siswa dan 10 orang dirawat di Klinik SWA, dan diduga
beberapa orang lainya yang belum ditemukan oleh warga setempat serta aparat
terkait melakukan pencarian di aliran sungai tersebut.
Siapakah
yang harus bertanggung jawab dalam musibah ini? Apakah itu musibah murni
ataukah karena keteledoran dari pihak sekolah dan jajajaranya sementara kita
ketahui saat ini curah musim hujan sangat tinggi dan berita banjir dan sungai
meluap dan tanah longsor tengah terjadi di berbagai wilayah di negara kita. Dalam
suasana musim hujan dengan intensitas yang cukup tinggi dan rawan resiko banjir
kenapa sampai pihak sekolah mengadakan kegiatan pramuka harus menyusur sungai yang
harus dilakukan oleh siswa-siswi SMPN 1 Turi, Sleman. Apakah kegiatan tersebut
sudah menjadi agenda dalam kurikulum di sekolah tersebut, kalau memang
menjadikan agenda wajib kegiatan ekstrakurikuler di sekolah tersebut apakah
harus wajib dikerjakan tanpa mempertimbangkan resiko ataupun faktor lain yang
akan menyebabkan terjadinya resiko tinggi. Tentunya pihak sekolah harus memperhatikan
dan mempertimbangkan faktor-faktor yang akan terjadi meskipun hidup ataupun
mati sudah kehendak Illahi, namun sebagai pelaksana di bidang dunia pendidikan
tentunya sudah mengetahui serta mencermati akan logika terhadap resiko yang
akan terjadi adanya..?
Ir. KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M.Sc., Lic.Eng., Ph.D.
salah seorang Guru besar dari
Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta menegaskan dalam akun
Facebook nya "
Salam berduka yang mendalam,
Berita hanyutnya beberapa murid SMP Negeri Turi 1 dan menelan
korban jiwa, bukan musibah. Murni kebodohan, dan keteledoran Kepala Sekolah,
guru-guru dan pembina pramuka.
KEPALA SEKOLAH, GURU-GURU DAN PEMBINA PRAMUKA HARUS BERTANGGUNG
JAWAB. JANGAN HANYA MINTA MAAF!
Musim hujan, anak didik disuruh susur sungai? Mengapa bukan Kepala
Sekolah, guru-guru dan pembina pramukanya yang susur sungai?
Saya dapat informasi, kalau acara susur sungai sudah diingatkan
warga. Namun gurunya menjawab mati hidup ada di tangan Allah...guru goblog! Kenapa
bukan Kepala Sekolah, guru-guru dan pembina pramuka SMP Negeri Turi 1 yang
mati? Kenapa harus anak didik?
Pidanakan Kepala Sekolah, guru-guru dan pembina pramuka SMP Negeri
Turi 1, Sleman.
Perlu ada evaluasi menyeluruh perihal pelaksanaan kegiatan pramuka
di sekolah.
Saya sangat sedih dan berduka yang mendalam.
Info Data Sementara pukul : 18.10 Wib (21/02/2020)
Korban Henti Nafas / henti Nadi :1.Sophia Aulia, alamat: Sumberejo Tempel Sleman; 2.Arisma, Alamat
: Ngentak Tepan; 3. Nur Azizah,; Alamat : Kembangarum Turi Sleman; 4. Latifa, Alamat
: Kembang Arum Turi Sleman
Sedangkan Pasien rawat ada 10 Siswa semua di Klinik SWA. "
Demikian
dalam tulisan di akun Facebook nya agar diviralkan.
Mencermati
dari tulisan guru besar UGM tersebut kejadian tragedi tersebut sebenarnya layak
kecerobohan atas pihak sekolah, sementara pihak sekolah tidak hanya sekedar
meminta maaf saja dan atas kelalaian tersebut hendaknya akan menjadikan
pelajaran yang sangat berharga bagi dunia pendidikan yang menyangkut anak didik
dan generasi penerus bangsa, dan tentunya tidak akan terulang kejadian yang
sama ataupun kegiatan serupa yang tentunya perlu dipertimbangkan secara matang
dan perlu koordinasi dengan pihak komite maupun instansi terkait adanya.
Untuk
melakukan kegiatan di luar sekolah pihak