Magelang, lpktrankonmasi.com – Sabtu (19/10/2019) Dusun
Krandegan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang menggelar
Saparan Merti Dusun dengan pementasan tarian tayub. Acara ini dilaksanakan di rumah
kepala dusun setempat selama dua hari satu malam (19-20 Oktober 2019), ang
dimeriahkan penari tayub dari
Yogyakarta dan Wonosobo, dengan penabuh gamelan dari Wonosobo.
Wasilo selaku Kepala Dusun Krandegan menyampaikan bahwa
tradisi Saparan Merti Dusun dilaksanakan
setahun sekali tepatnya setiap Hari Sabtu Pahing, Bulan Sapar. Dusun Krandegan
terdiri dari 23 rukun tetangga dengan jumlah warga sekitar 2.000 jiwa dari 360
kepala keluarga, yang mayoritas penghidupannya sebagai petani.
“Bahwa acara ini
diselenggarakan untuk melestarikan tradisi dari leluhur yang merupakan wujud
rasa syukur atas kelimpahan rejeki hasil pertanian kami,” kata Wasilo.
Sarwo Edi wibowo
selaku Plt Desa Sukomakmur menceritakan panjang lebar tentang sejarah
diselenggarakan saparan merti dusun dengan tradisi pementasan tayub yang tidak
lepas dari pesan cikal bakal dusun yang disebut warga setempat sebagai Eyang
Dipodrono.
."Meskipun kami
punya 24 macam kesenian, khusus untuk tradisi Merti Dusun ini, kami
mendatangkan penari dan niyaga dari luar desa. Pesan dari Eyang Dipodrono harus
ada penari tayub dari Yogyakarta, yakni dari Wonosari, Kabupaten Gunung
Kidul," kata dia.
Berbagai kesenian
tradisional yang dihidupkan warga setempat, antara lain Sandul Sunthi, Lengger,
Ndayak Hitam, Kuda Lumping, Jatilan, Warok, dan Ketoprak.
Edi menyebutkan
kegiatan itu sakral dan bermuatan kearifan lokal atas penyelenggaraan tradisi
warga setempat.
Ia mencontohkan
tentang kearifan lokal atas tradisi tersebut, yakni menyangkut semua saweran
yang untuk penari dan penabuh gamelan yang totalnya biasanya mencapai belasan
juta rupiah.
Setiap warga
memberikan saweran kepada penari sebagai salah satu syarat permintaan dan
pemenuhan atas nazar mereka. Jumlah uang dalam amplop diberikan kepada penari
oleh para warga yang mengibing, bervariasi antara Rp10.000-Rp500.000.
"Dua hari satu
malam nonstop, tanda syukur dan kemakmuran. Mereka menari bersama warga dengan
iringan macam-macam gending dan aneka sesaji," katanya.
Berbagai gending
pengiring tarian itu, seperti Jagung Kuning, Lung Gadung, Lurkili Kilur Kombang,
Ijo-Ijo, Ilir-Ilir, Gondang Keli, dan Gandawijaya.
Sumber
: Antara
(Rangga)